Pages

Friday, January 31, 2014

Kutipan Motivasi Para Filsuf

  • ARISTOTELES | FILSUF YUNANI


Aristoteles
  1. "Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan dan eudaimonia"
  2. "Saat dunia membutuhkan, dan bakat Anda mampu memenuhinya, di sanalah lapangan kerja   tercipta".
  3. "Anda takkan pernah melakukan segalanya di dunia ini tanpa adanya keberanian. Itu adalah kualitas terbesar dari pemikiran setelah kehormatan" 
  4. “Kualitas bukanlah tindakan, tapi kebiasaan” 
  5. “Janganlah berputus asa. Tetapi jika anda sampai berputus asa, berjuanglah terus meskipun dalam keadaan putus  asa”
  6. “Setiap orang bisa menjadi marah, itu adalah hal yang mudah, tetapi menjadi marah kepada orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, di saat yang tepat, dengan tujuan yang tepat serta dengan cara yang tepat, bukanlah kemampuan setiap orang dan bukanlah hal yang mudah”
Lao Tzu


  • LAO TZU | FILSUF CHINA

  1. Lebih baik bertanya sepuluh kali dari pada tersesat.
  2. Memahami orang lain adalah kearifan, memahami diri Anda sendiri adalah pencerahan
  3. Ketenangan adalah sumber kekuatan yang luar biasa.
  4. Dicintai dengan tulus oleh seseorang memberimu kekuatan, mencintai seseorang dengan tulus memberimu keberanian.

  • IMAM GHOZALI | FILSUF MUSLIM
Imam Ghozali
  1. Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya.
  2. Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.
  3. Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.
  4. Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari,maka payah melaluinya, panjang jalannya dan banyak rintangannya. 
  5. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan     kehendak yang berlebih-lebihan.



  • PLATO | FILSUF YUNANI
  1. Orang yang ingin bergembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja.
  2. Orang baik tidak memerlukan hukum untuk memerintah mereka agar bertindak penuh tanggung jawab, sementara orang jahat akan selalu menemukan celah di sekitar hukum.

  • SOCRATES |  FILSUF YUNANI
  1. Cobalah dulu,baru cerita. Pahamilah dulu,baru menjawab. Pikirlah dulu,baru berkata.Dengarlah dulu,baru beri penilaian .Berusahalah dulu,baru berhara.



Tuesday, January 21, 2014

Sosialisasi Kodrat Manusia..






Salah satu sahabatku berkata “di atas langit masih ada langit”. Kata-kata tersebut dilontarkan sahabatku setelah melihat realitas yang ada diantara dia dan teman-temannya. Selama ini dia merasa super hebat,super kaya dan super-super lainnya. Matanya terbuka lebar-lebar ketika dia mendapatkan beberapa kenalan baru. Nyali temanku menjadi ciut karena orang-orang yang baru dikenalnya tersebut kenyataannya lebih “super” darinya.  Terpaksa perasaan tinggi hati yang selama ini menghinggapinya turun drastis dan perenungan akan kecilnya diri ini tumbuh.

Kita memang tidak sadar karena selama ini mungkin terlalu mementingkan  egosentris. Itu memang hal yang umum dan bisa terjadi pada siapa saja, seorang manusia merasa paling hebat,paling kuat,paling berkuasa,paling kaya,paling pintar dan lain-lain. Baru tahu sedikit sudah merasa jago,pintar bahkan menguliahi orang seolah-olah dialah yang paling tahu segalanya. Baginya orang lain itu tidak paham apa-apa dan pendapatnya adalah yang paling benar. Ketika menerima masukan dari seseorang ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri alias hanya lewat saja tanpa diresapi apa makna dibalik perkataan tersebut.

Perasaan egosentris inilah yang sering memunculkan perpecahan dan keributan di sana-sini. Pendapat orang lain tidak bisa diterima, pendapatnya mutlak diikuti karena dia merasa dirinya yang super paling. Entah dari sumber mana pendapat tersebut dikutip, Menurut dia itulah “kebenaran sejati”, sedangkan pendapat lainnya adalah sesat,salah dan nol besar.  Setiap orang dipaksakan untuk menerima pendapatnya karena tidak ada pendapat yang benar selain pendapat AKU.

Sulit memang untuk menghilangkan sifat ke-Akuan dari diri manusia. Apalagi ketika ada kecenderungan banyak orang untuk menyanjung-nyanjungnya bahkan sampai ada yang mengkultuskan dirinya, keakuannya akan makin menjadi-jadi. Bahkan bukan tidak mungkin dia melakukan tidak hanya sekedar memaksakan pendapat pribadinya tetapi lebih jauh dari itu. SEKALI LAGI PENDAPATKU ADALAH KEBENARAN.

Sosialisasi tumbuhkan kepekaan diri terhadap orang lain
Sifat keakuan biasanya akan luntur ketika seseorang ditimpa bencana atau menemukan orang lain yang bakat dan potensi melebihi dirinya. Di saat perasan tersebut muncul akan terjadi intropeksi diri. Dalam perenungan-perenungan tersebut akan muncul keinginan kuat untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi dalam arti, dia membutuhkan orang lain untuk bersama-sama melakukan hal yang tidak mungkin jika dilakukannya seorang diri.  Walaupun egosentris belum lenyap dari sisinya, setidaknya rasa sosialisme telah tumbuh dan siap melawan perasaan keakuannya tersebut.

Dengan bersosialisasi kita jadi semakin mengetahui bermacam-macam sifat manusia. Dengan bersosialisasi kita jadi memahami kebutuhan-kebutuhan manusia. Dengan bersosialisasi kita akrab dengan kesulitan-kesulitan hidup yang dialami sesama manusia. Dengan bersosialisasi makin menumbuhkan kasih sayang kita terhadap sesama manusia. Dengan kata lain sosialisasi makin membuat MANUSIA MENJADI MANUSIA.


Sumber :
http://filsafat.kompasiana.com/2014/01/19/diri-ini-terasa-kecil-jikalau-kita-sering-bersosialisasi-625775.html


Saturday, January 18, 2014

Filsafat Abad ke-20


Filsafat abad ke-20 membawa kita pada corak filsafat yang lebih berwarna dibandingkan era sebelumnya. Secara periodis, filsafat abad ke-20 dimulai pasca filsafat modern. Pada masa inilah, pergeseran gaya filsafat dapat ditangkap secara jelas. Salah satu faktor utama adalah gejolak realitas di kala itu yang terekspos besar-besaran dalam Perang Dunia. Industrialisasi manusia di Barat terjadi secara revolusioner dan turut memegang andil dalam filsafat abad ke-20. Kasus ini membangunkan para filsuf akan fenomena riil yang dialami, sarat partikularitas yang sifatnya tidak bisa dipukul rata dalam sebuah konsep saja.

Apakah manusia sebagai kajian filosofis, dapat diukur dengan rasionalitas tunggal? Apakah manusia dapat dipatok sebatas objek yang sama (objektifikasi)? Apakah prinsip universal dapat diterapkan dalam realitas yang sebenarnya berupa gejala sosial-kultural? Pertanyaan seperti ini bermunculan, sehingga tema perenial pun perlahan mulai ditinggalkan. Namun demikian bukan berarti rasio tidak digunakan oleh para filsuf abad ke-20. Rasio diasumsikan sebagai entitas yang tetap bergantung pada kondisi sosial-kultural manusia. Implikasinya, terdapat banyak corak filsafat yang terspesifikasi dan tidak berpayung pada satu tema rasionalitas otonom.

Ada fakta lain yang dapat dianalisis dalam kebangkitan filsafat abad ke-20. Yakni proyek filsafat modern yang belum selesai. Karl Marx merupakan filsuf era modern yang menyisakan problem filsafat hingga kini. Utopia Marxisme yang menggadang-gadang masyarakat tanpa kelas, menjadi poin yang digarisbawahi pada filsafat abad ke-20 bahkan hingga hari ini. Hal ini menarik tentunya, karena walau dianggap sebagai unfinished project namun kehadiran Marx menjadi influence tersendiri bagi filsafat abad ke-20.

Yang harus dipahami dalam kajian filsafat abad ke-20 adalah warisan semangat Friedrich Nietzsche. Ialah tokoh besar modern yang sekaligus membangkitkan gairah filsafat abad ke-20. Topik-topik filsafatnya menjadi karakter umum sepanjang era ini. Filsafat tidak lagi bergumul pada perkara rasio/inderawi semata, tetapi melekat pada realitas manusia yang sarat akan psikologisme, emosi, dan desire. Dapat dilihat bahwa tema-tema filsafat abad ke-20 banyak membahas keseharian. Pada eksistensialisme misalnya, bagaimana manusia menjadi Subjek yang sungguh-sungguh berkesadaran dan terlibat dalam hidupnya. Bagaimana manusia berelasi dengan the Others.

Ada pula fenomenologi, yakni gejala kenampakan keseharian yang dikritisi secara refleksif. Ambillah contoh lain, misalnya dalam pragmatisme yang digagas oleh William James. Yakni filsafat ini haruslah berpatokan pada prinsip manfaat praktis kehidupan, dimana absolutisme tidak dipandang secara rigoris. Pada filosofi moral pun demikian, filsafat abad ke-20 sudah masuk pada wilayah etika praktis langsung. Walaupun pada era modern Immanuel Kant sudah menyinggung problem moral; tetapi ia masih mengandaikan kebenaran yang tunggal, dan masih erat dengan universalitas. Tentu ini sangat berbeda dengan corak filsafat abad ke-20. Semuanya menjadi terspesialisasi sesuai konteks riil yang dijalani dalam kehidupan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebangkitan filsafat abad ke-20 menjadi ironi bagi filsafat itu sendiri. Kontradiksi sederhana dapat dipahami, di satu sisi bahwa era abad ke-20 membuka garis batas filsafat menjadi bebas dan menarik. Filsafat menjadi topik yang membumi, tidak mengawang di menara gading. Filsafat terkemas sedemikian rupa, sesuai konteks kekinian dan terasa nikmat untuk dikaji. Di sisi lain, anomali filsafat sebagai Yang Maha Agung sangat jelas terlihat. Pernyataan ‘philosophy is mother of science’ menjadi kisah lama semata. Pada abad ke-20 inilah, para filsuf benar-benar disentakkan oleh fakta yang tidak terhindarkan. Semakin berkembangnya disiplin ilmu lain (yang sebenarnya merupakan derivasi filsafat), filsafat semakin jelas kehilangan objek kajian. Konsekuensinya adalah, filsafat menjadi studi lanjutan atas disiplin ilmu. Filsafat melekat pada banyak bidang positivis lainnya. Arogansi filsafat pun harus ditinggalkan karena fakta berkata demikian.

Thursday, January 16, 2014

Filosofi Huruf Hijaiyah










Mungkin kita sering bertanya mengapa Alif Lam Mim dijadikan sebagai ayat pertama dalam Al-Quran setelah surat Al-fatihah? Lalu mengapa Al-fatihah dan Alif Lam Mim berada disurat per tama dan diawal surat kedua dalam Al-Quran, padahal wahyu yang per tama kali turun adalah Al-alaq 1-5?

Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca, bahwa jalan hidup yang harus kita jalani didunia mulai dari per tama dilahirkan sampai dengan meninggal ada dalam Al-Quran. Mulai dari kewajiban yang harus kita lakukan ketika per tama kali kita dilahirkan, kewajiban yang harus dilakukan ketika tumbuh menjadi anak - anak, remaja, dewasa sampai dengan meninggal dunia termaktub dalam Al-Quran pada juz 1 - 30.

Jalan hidup yang harus kita lalui harus berdasarkan atas surat Al-Fatihah yang mana sebagai induk dari Al-Quran. Lalu setelah itu, kita mengikuti alur dari juz - juz yang terkandung dalam Al-Quran. Sebagai contoh ketika kita berumur 20 tahun, maka alangkah baiknya kita mempelajari juz 20 dari Al-Quran itu sendiri. karena hal - hal yang akan kita hadapi, kewajiban yang harus kita lakukan pada usia 20 tahun terdapat dalam Al-Quran dalam juz ke-20. begitu juga seterusnya.

lalu bagaimana seandainya umur kita sudah lebih dari 30 tahun, sedangkan dalam Al-Quran sendiri hanya terdapat 30 juz? Maka saat itulah, masa kita untuk mengamalkan semua yang telah kita pelajari dari juz 1 - 30 dari Al-Quran. karena, kebanyakan dari manusia, mendapat ujian kehidupan yang paling banyak pada usia 1 - 30 tahun. karena pada masa itu, manusia mendapat banyak ujian nafsu, harta dan segala macam godaan.

Lalu apa salah satu rahasia dan kekuatan dari "Alif Lam Mim", sehingga dijadikan sebagai ayat pertama dari surat Al-Baqarah?
ketika kita baru dilahirkan didunia ini, ternyata Allah SWT menginginkan kita mempelajari "Alif Lam Mim". karena itulah 3 macam pilihan jalan kehidupan manusia didunia. "Alif Lam Mim" terdiri dari huruf " م ل ا " yang mana 3 huruf ini mempunyai kandungan makna yang sangat dahsyat.

Huruf pertama, yaitu " ا = Alif " menjelaskan manusia yang pada masa hidupnya, berada pada jalan yang lurus sebagaimana huruf "Alif" tersebut. Yaitu, manusia yang selalu mentaati segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, menjaga hawa nafsunya, mulai dari pertama dia dilahirkan sampai dengan meninggal dunia. Yang mana jalan hidupnya selalu diridho'i oleh Allah SWT. sehingga surga Firdaus selalu menantikan manusia - manusia seperti ini.



Huruf kedua, yaitu " ل = Lam " menjelaskan manusia yang jalan hidupnya seperti huruf "Lam", ketika dia baru dilahirkan dia berada dijalan yang lurus. Tetapi setelah menjalani tahapan kehidupan, ketika dia tumbuh menjadi anak - anak, remaja, dewasa dan sebelum meninggal dunia dia telah berbelok kekiri, dia meninggalkan semua kewajiban, tidak mentaati Allah SWT dan rasul - Nya. dia melupakan jalan kehidupan yang seharusnya dia lalui, Jalan lurus yang sudah diberikan oleh ALlah SWT sebelum dan ketika dia dilahirkan dibumi melalui hidayah - Nya. Dan malaikat Malik pun sudah siap menunggunya dipintu neraka. Naudzubillah min dzalik.

Huruf ketiga, yaitu " م = Mim " menjelaskan manusia yang jalan kehidupannya seperti huruf “Mim”. dia berputar - pttar dalam kehidupannya mencari kebenaran, tapi diakhir tahapan pencariannya dia menemukan jalan lurus. Yang mana ketika dia baru dilahirkan, dia berada dijalan yang lurus. Tapi ketika dia tumbuh dan beranjak dewasa dia berputar - putar sendiri dalam kehidupannya mencari jalan kebenaran sejati. Dan akhirnya dengan izin Allah SWT diakhir pencariannya, dia menemukan jalan yang diridho’i oleh Allah SWT. Dan surga pun siap menerimanya.

Lalu jalan kehidupan manakah yang akan kita pilih???
Jalan kehidupan seperti huruf " م ل ا " “Alif” kah, “Lam” kah atau “Mim” kah???

Itu adalah pilihan anda, maka tentukanlah pilihan tersebut...






Sumber :

Kata-kata Filosofis





  • Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.


  • Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.


  • Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.


  • Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.


  • Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.



  • Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia.



  • Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Thursday, January 9, 2014

Filsafat Kehidupan Jawa





  • Urip iku Urup: Hidup itu nyala, hendaknya kita memilih hidup yang memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Kian besar manfaat yang kita berikan kian baiklah pribadi orang itu. Sangatlah mungkin, filosofi ini merujuk kepada hadis Nabi Muhammad saw yang mengatakan, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” 



  • Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara :  Hendaknya setiap manusia mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; sekaligus memerangi (memberantas) semua sifat angkara murka, serakah dan tama (rakus);



  • Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti :  Segala sifat keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dilebur (dikalahkan) oleh sikap bijak, lembut hati dan sabar;



  • Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha:  Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan (pihak yang dikalahkan), berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/ kekuatan/ kekayaan/ keturunan, kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat kebendaan/materi;



  • Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo:  Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, indah, dan jangan plin-plan atau berpikir menduka (terombang-ambing) agar niat dan semangat kita tidak menjadi layu atau kendor; 



  • Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan:  Jangan terlalu mudah sakit hati ketika ditimpa musibah, jangan susah manakala kehilangan sesuatu;



  • Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman lan Aja Geleman:   Jangan mudah terheran-heran, atau terlalu kagum, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut dengan sesuatu, jangan mudah manja atau ngambek, dan jangan mau (mengambil) yang bukan hak kita; 



  • Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman:  Janganlah terobsesi oleh keinginan merebut kedudukan, kebendaan / materi dan kepuasan duniawi melulu;



  • Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka:  Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan curang ayau culas agar tidak celaka;



  • Aja Adigang, Adigung, Adiguna: Janganlah sok hebat, sok kuasa, sok besar, sok kaya, atau pun sok sakti dan pintar;



  • Sapa Weruh ing Panuju sasad Sugih Pager Wesi:  Sesiapa yang bercita-cita luhur atau mulia, akan tertuntun jalan hidupnya;



  • Alang-alang dudu Aling-aling, Margining Kautaman:  Persoalan-persoalan (kendala) dalam kehidupan bukan penghambat , (ia justru menjadi) jalan bagi kesempurnaan.

Sumber :

Filsafat Masyarakat Cina




1) Hujan deras =  Tantangan.
Jangan minta agar hujan dikecilkan, tapi mintalah payung yang lebih besar... Ini maksudnya jangan kita menjadi lemah saat ada tantangan dan masalah menerjang kita, tetapi sebaliknya kita berusaha untuk menghadapinya dengan semangat yang lebih besar.


2) Waktu banjir, ikan makan semut & waktu banjir surut, semut yang makan ikan...
Artinya : Setiap orang ada gilirannya... seperti roda yang berputar... jadi kita gak boleh sombong dan menyakiti sesama (secara fisik maupun mental) saat kita berada diatas atau sukses... namun kita harus selalu baik dan terus berjaga-jaga...


3) Hidup bukanlah peduli dipermulaan saja, tapi seberapa besar kepedulian kita sampai akhir.
Artinya : Setia pada perkara yang kita kerjakan... fokus sampai akhir... kalau Mereka bilang sih... "kalau kerja itu harus ada kepala... juga harus ada buntut"


4) Orang sering "melempar batu" dijalan kita. Tergantung kita mau membuat batu itu jadi "Tembok atau Jembatan"
Artinya : mungkin orang lain ada yang berniat jahat kepada kita, namun kita memiliki pilihan untuk mengambil tindakan... tetap positif atau tidak... karena dari setiap masalah yang ditimbulkan pasti ada sesuatu yang bisa menguntungkan kita...


5) Setiap masalah punya (N+1) solusi, di mana "N" adalah solusi-solusi yang telah dicoba, dan 1 adalah solusi yang belom dicoba.
Artinya : Akan selalu ada solusi untuk setiap masalah... jangan menyerah.


6) Tidaklah penting untuk punya semua 'kartu bagus' dalam kehidupan, yang paling penting seberapa bagus anda memainkan kartu tersebut.
Artinya : Kartu melambangkan kesuksesan, kejayaan, dan lain-lain. Memiliki kekayaan tapi tidak dapat berbagi sama saja dengan nothing... lihat lah orang-orang yang kaya dan hidupnya sangat dermawan... Selain kaya secara material mereka pun kaya secara spiritual...


7) Seringkali saat kita putus asa dan mengira ini adalah akhir.
Tenanglah dulu, itu baru belokan, belum akhiran. Milikilah iman yang teguh & kokoh..
Artinya : Selalu berpikir positif... tidak mudah menyerah...



8) Hanya ada 2 tipe manusia yang berbahagia didunia ini: orang gila dan anak-anak.
Maka jadi gilalah untuk mendapatkan apa yang anda inginkan dan jadi anak-anaklah untuk menikmati yang telah anda dapatkan.
Artinya : melalukan apa saja dengan gembira... Bukan berarti bersenang-senang terus lho...





Pahami dan Hayati Filsafat 
Hidup dari Negeri Cina ini !
 Semoga Bermanfaat ..



Sumber :
http://tom-kuu.blogspot.com/2012/01/8-filsafat-hidup-dari-cina.html

Wednesday, January 8, 2014

Filosofi Padi.

’'Semakin Tua akan Semakin Merunduk itulah ungkapan filosofis yg akan kita bahas disini. Karena padi yang telah berisi beras yg semakin lama semakin berat, menjadikan fenomena ini menarik untuk sejenak dicermati.

Lalu apa hubungannya dengan kita? Mari kita coba menelusurinya. Jika kita mencoba merenungkan sejenak tentang diri kita, maka filofosi padi tersebut akan sangat mengena pada diri kita. Mengapa? Karena padi akan sangat berguna ketika ia sudah menjadi tua yang bentuknya merunduk ke bawah.

Namun pada kenyataannya, manusia yang semakin tua (kaya pengalaman dan ilmu) semakin merunduk (merendah) seperti filosofi padi semakin sedikit. Banyak diantara kita yg telah diperbudak oleh keinginan yg mengesampingkan kapasitasnya sebagai manusia.

Seorang manusia bijak semacam socrates, justru merasa bahwa dirinyalah yang paling tidak tahu ketika banyak orang beranggapan bahwa dia banyak pengetahuan. Mengapa dia bersikap begitu? Ya, karena dia merasa bahwa dia mengetahui betapa tidak tahunya dia.

Jika kita mampu bersikap seperti itu, maka betapa indahnya dunia kita. Dunia yang tidak dipenuhi dengan perang dari sikap arogan manusia yang merasa dirinya paling tahu, paling hebat dan paling kuat. Jika kita sebagai manusia mampu bersikap seperti padi, maka dunia akan semakin indah karena dipenuhi oleh manusia yang begitu memahami dirinya, tidak bersikap sombong, congkak dan angkuh walaupun dia sudah bisa dikategorikan sebagai orang yang pandai dan berpengalaman.

Ingatlah bahwa kita pernah berada pada masa ”mencari” seperti sepucuk padi yang berdiri tegak seakan ingin menggapai sesuatu yg ada diatasnya, dan ketika ia sudah menggapainya ia justru semakin merendah, karena dalam dirinya telah dipenuhi sesuatu yang berguna dan dibutuhkan oleh banyak orang.

Ingatlah bahwa kita pernah berada pada masa ”yang tak dimengerti” ketika masih menjadi seorang bayi yang hanya makan dan menangis, tak tahu apa tujuan kita nanti, seperti padi yg baru saja ditanam, tak tahu akan mati atau akan bisa tumbuh.

Pada akhirnya semua kembali kepada diri kita dalam menyikapi ilmu dan pengalaman yg kita miliki, akankah menjadikan kita arogan dan sombong ataukah membuat kita seperti padi yg merunduk. Ada baiknya kalo kita bersikap seperti padi, yg semakin tua semakin merunduk karena semakin berisi dan berbobot.

“Sepintar-pintar manusia, hanyalah mengerti sebagian dari seluruh rahasia alam. Sebijak-bijak manusia adalah manusia yang merasa bahwa dirinya tidak berilmu"

Sumber :