Pages

Thursday, December 18, 2014

Attention Deficit Hyperactive Disorders (ADHD)

        Halo kawan-kawan semuanya, dalam artikel ini kita akan membahas mengenai Attention (perhatian). Dalam pandangan masyarakat umum Atensi diartikan sebagai tingkat perhatian atau konsentrasi kita terhadap suatu objek.  Ada juga yang mengatakan bahwa atensi adalah minat kitaterhadap sebuah objek. Sebenarnya apa sih arti dari Atensi itu??...
 Hill (2001,p.113). pada salah satu jurnalnya mengatakan bahwa, atensi adalah usaha mental untuk memfokuskan pikiran dan berkonsentrasi kepada stimulus eksternal yang kita lihat Mengapa kita harus mengetahui definisinya terlebih dahulu?, karena kita akan mengetahui definisi dari Atensi yang disepakati oleh dunia. Apakah kalian mengetahui bentuk dari sikap atensi? Contoh sikap atensi adalah ketika kita dapat berkonsentrasi untuk mendengarkan perkataan dosen, fokus pada materi yang diajarkan dosen, dan hasil akhirnya kita dapat menjelaskan kembali materi yang disampaikan oleh dosen.
          Menurut pandangan  saya pada awalnya, semua manusia akan dapat secara normal melakukan proses atensi dalam kesehariannya. Tetapi, ternyata ada sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa ada minoritas di dunia ini yang mengidap gangguan (Disorder) dalam mengelola fokus dan konsentrasinya. Tahukah kalian apa gangguan itu?, yap gangguan itu disebut ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).
     Menurut Diana Rusmawati (2011, h.6) pada jurnal penelitiannya ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) adalah  gangguan neurologis yang menyebabkan masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan hiperaktifitas/impulsivitas pada anak, sehingga anak sulit untuk menghambat, mengawali, atau mempertahankan respon pada satu situasi. Dengan kata lain, ADHD adalah gangguan  untuk berkonsentrasi dan fokus yang cukup lama terhadap sesuatu hal dan cenderung melakukan banyak aktivitas fisik yang mengalihkan perhatiannya. Wenar (1994) menyatakan bahwa terdapat tiga tanda utama anak yang mengidap gangguan ADHD, yaitu :
1. Tidak ada perhatian
 Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, dan fokus dalam waktu yang cukup lama. Seseorang yang menderita ADHD mudah teralih perhatiannya.
2. Hiperaktif
 Mengacu ketidakmampuan mengendalikan diri, seperti mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul, dan sering menyebabkan pelakunya terkena hukuman atau mengalami kecelakaan (Ayu Tri Anjani, 2013 Vol 1 Edisi 2, h. 125-135)
3. Impulsif
Melakukan sebuah tindakan tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari perilakunya.

         Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi ADHD, bisa diwariskan (genetis), sebuah laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang disiapkan oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan ADHD disebabkan pula oleh kelainan di neurotransmitter, lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi terbentuknya gangguan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan ADHD hingga saat ini masih diteliti oleh ilmuwan-ilmuwan. Ada beberapa jenis ADHD, yaitu tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian, tipe anak yang hiperaktif dan impulsif, dan tipe gabungan keduanya.
         Untuk meminimalisir efek ADHD, struktur, rutinitas, rencana intervensi (perlakuan) sekolah, dan teknik pengasuhan yang dimodifikasi seringkali cukup efektif jika dibandingkan dengan penyembuhan menggunakan obat-obatan. Beberapa anak yang tidak agresif dan yang datang dari lingkungan rumah stabil dan lingkungan rumah yang mendukung mungkin lebih mudah untuk disembuhkan.
         Ada terapi yang cukup efektif untuk memberikan stimulus positif pada anak penderita ADHD, contohnya Play therapy yang merupakan salah satu bentuk intervensi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak. Anak-anak dapat mengekspresikan diri mereka yang sesungguhnya melalui permainan, sehingga terapi yang menggunakan permainan dapat membantu anak dalam berkomunikasi. (Luisa Alexandra Munster, 2012 h.12)
Sebuah program bernama Collaborative Life Skills (CLS) dikembangakan sebagai intervensi pada sistem edukasi. CLS merupakan adaptasi dari intervensi klinis untuk anak dengan tipe ADHD-I dan intervensi dilakukan terus menerus selama 12 minggu dengan cara mengevaluasi hasil raport harian.
         Metode lain untuk meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dengan anak ADHD yaitu dengan menerapkan positive parenting atau pola asuh yang lebih positif. Anak dengan ADHD disebutkan memiliki kecenderungan menjadi kurang patuh pada perintah orang tua mereka dan lebih banyak menampilkan perilaku negatif dibandingkan anak-anak seusianya, sehingga hal ini juga mempengaruhi emosi dan interaksi orang tua dengan anak.
         Jika gangguan ADHD tidak diberikan perlakuan (intervensi) untuk menghilangkan atau meminimalisir  Masalah lain yang muncul atau menetap di masa remaja dan dewasa adalah menurunnya prestasi akademik, rendah penghargaan terhadap dirinya, gelisah, dan depresi. Kesimpulannya adalah, ketika kita menyadari bahwa kita memiliki gangguan terhadap fungsi atensi kita, sebaiknya segera menyelesaikan dan melakukan terapi terhadap gangguan yang kita alami tersebut sedini mungkin, agar tidak memperburuk kondisi pengidap ADHD saat dewasa. 


Referensi 


King, Laura A. (2007). The Science of Psychology : An Appreciate View. New York: McGraw-Hill.

Anonim. (2010). Definisi dan Pendekatan Teori ADHD. Diakses dihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197511182005012-RIKSMA_NURAHMI_RINALTI_A/Analisa_Definisi_dan_Teori_ADHDx.pdf 

Rusmawati, Diana. (2011).  Pengaruh Terapi Musik Dan Gerak Terhadap Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Dengan Gangguan ADHD. Diakses dihttp://eprints.undip.ac.id/40402/1/Pengaruh_Terapi_Musik.pdf

Anjanie, Ayu Tri. (2013) Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD ( Attention Deficit  Hyperactivity Disorder) Di SDIT At-Taqwa Surabaya Dan SDN V Babatan Surabaya. Diakses di http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/2778/baca-artikel

Tesser, Abraham, Stapel, Diederik A., Wood, Joanne V. (2002) Self and motivation: Emerging psychological perspectives. Washington, DC, US: American Psychological Association

0 comments:

Post a Comment