Apa
Itu Psikologi?
Pada artikel ini, penulis akan membahas mengenai sejarah
berdirinya psikologi, aliran-aliran yang ada di dalam psikologi, dan
kajian-kajian psikologi yang berkembang saat ini. Psikologi, istilah ini
berasal dari Yunani yaitu “psyche”
yang berarti jiwa dan “logos” yang
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apakah benar psikologi
mempelajari jiwa yang letaknya abstrak?
Mussen & Rosenzwieg (1975, dalam Sobur, 2003)
mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari mind (pikiran), namun dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi behavior (tingkah laku), sehingga
psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
proses-proses mental (George A. Miller, 1974). Mussen & Rosenzwieg
menyatakan hal ini karena jiwa amat sulit untuk diamati karena abstrak, untuk
itu cara yang dapat dilakukan adalah mengamati perilakunya.
Pada awalnya psikologi adalah sebuah ilmu filsafat, tokoh
pada saat itu yang mulai memikirkan mengenai jiwa adalah Plato. Saat itu, Plato
mulai membedakan antara jiwa dan raga sedemikian rupa sehingga muncul konsep
dualisme jiwa dan raga. Konsep Plato mengenai dualisme tersebut dituliskan di
buku karya Ash-Shadr, Ash-Shadr (1993, dalam Sobur, 2003) menyebutkan bahwa
jiwa memiliki dua predisposisi. Pertama, jiwa sudah ada sebelum adanya badan di
alam materi. Kedua, pengetahuan rasional adalah pengetahuan terhadap
realita-tealita yang tetap di alam yang lebih tinggi (archetypes). Pada intinya Plato melihat manusia dalam kesatuan
badan-jiwa.
Dualisme jiwa-badan yang dicetuskan oleh Plato, pada
zaman renaisan (pencerahan) Eropa Barat dibahas kembali oleh seorang Rene
Descartes (1596-1650). Pada saat itu Rene Descartes memberikan ungkapan “Cogito Ergo Sum” yang berarti (saya
berpikir, karena itu saya ada). Descartes menjelaskan bahwa jiwa pada hakikatnya
cenderung mengarah ke badan atau ragawi, tetapi jiwa yang memberi kesadaran dan
arti pada ragawi kita, sehingga menunjukkan eksistensi “aku”. Berikut ini
adalah tahapan metode pemikiran Descartes yang dituliskan Sobur (2003) dalam
bukunya :
Tahapan
Metode Descartes
Descartes
yang notabene adalah seorang filsuf, matematikawan, dan ilmuwan jelas bahwa ia
bukanlah seorang ahli psikologi. Tetapi, hingga saat ini dikenal sebagai tokoh
Renaisans bagi ilmu pengetahuan psikologi, namun beliau bukanlah pendiri atau
perintis dari ilmu psikologi itu sendiri. Lalu siapakah tokoh yang mendirikan
psikologi sebagai salah satu ilmu pengetahuan?. Mungkin banyak dari kita yang
telah mengetahui bahwa Bapak Psikologi adalah Wilhelm Wundt (1832-1920).
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu pengetahuan atas jasa-jasa beliau yang
mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia, yaitu di Leipzig, Jerman
pada tahun 1879.
Dalam
laboratoriumnya Wundt banyak meneliti mengenai persepsi, reproduksi, memori,
asosiasi, dan fantasi (Sobur, 2003). Pada saat awal berdirinya psikologi ini
masih banyak penelitian (eksperimen) mengenai gejala-gejala psikis yang
berlangsung di dalam jiwa yang “sadar”, namun kejadian-kejadian yang “tak
sadar” masih belum dikembangkan pada saat itu (Gerungan, 1987). Contoh dari
eksperimennya yaitu ketika Wundt dan dua mahasiswanya mengukur jarak dan waktu
menggunakan tombol telegraf, eksperimen ini adalah salah satu cara untuk
mengukur perilaku manusia melalui pengukuran fisiologis (King, 2010).
Eksperimen
yang dilakukan oleh Wundt ini berupaya untuk mengukur waktu yang dibutuhkan
otak manusia untuk menerjemahkan informasi melalui tindakannya, dasar
eksperimen ini adalah bahwa proses mental dapat dikaji secara kuantitatif (King,
2010). Setelah psikologi resmi menjadi
sebuah cabang ilmu pengetahuan yang konkrit, mulai bermunculan berbagai
pandangan dan aliran pemikiran mengenai psikologi. Berikut ini adalah
aliran-aliran yang ada di dalam ilmu psikologi modern :
1. Strukturalisme
Aliran strukturalisme yang
dicetuskan oleh bapak psikologi Wilhelm Wundt, awalnya beliau melakukan
eksperimen pertamanya di laboratorium di Leipzig untuk meneliti mengenai
gejala-gejala psikis yang berlangsung di dalam jiwa yang “sadar”. Aliran ini
berguna untuk menemukan unsur-unsur dasar, atau struktur proses-proses mental
manusia (King, 2010). Strukturalisme menggunakan metode introspeksi (observasi
diri dari pengalaman). Kesadaran dan pikiran adalah sama, kecuali dalam hal
kesadaran melibatkan proses-proses mental, sedangkan pikiran melibatkan keseluruhan
dari proses-proses ini (Schultz & Schultz, 2014).
2. Fungsionalisme
Aliran Fungsionalisme
mengatakan bahwa proses mental manusia, proses inderawinya, dan juga pemikiran
dalam melakukan sesuatu itu merupakan bagaiamana cara individu beradaptasi
dengan lingkungannya (King, 2010). Dalam aliran ini juga membahas tentang
seleksi alam yang dicetuskan darwin, yaitu suatu usaha untuk bertahan hidup
agar tetap eksis, dan bentuk-bentuk kehidupan yang mampu bertahan adalah yang
dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan baik (Schultz & Schultz,
2014).
3.
Gestalt
Aliran gestalt mengkritik
terhadap aliran strukturalisme, aliran ini memandang bahwa persepsi manusia
terjadi secara menyeluruh, sekaligus, terorganisir dan tidak parsial (Sobur,
2003). Psikologi Gestalt meyakini bahwa lebih banyak hal yang dapat kita
persepsikan jika dibandingkan dengan hal yang dapat kita lihat. Dengan kata
lain persepsi kita lebih maju jika dibandingkan dengan elemen sensoris yang
kita peroleh dari organ indra manusia (Schultz & Schultz, 2014).
4.
Behaviorisme
Aliran behaviorisme mempelajari
tentang perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman masa lalu sebagai
bagian dari proses belajar atau latihan. Contoh aplikasi dari aliran
behaviorisme adalah ketika kita memiliki suatu tujuan, maka kita akan mengubah
perilaku kita untuk mencapat tujuan kita (Schultz & Schultz, 2014). Manusia
dianggap sebagai mesin yang bisa diprediksi dan dapat diketahui respon
perilakunya melalui stimulus yang diberikan berulang kali. Watson (dalam Sobur,
2003) mengatakan bahwa hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengondisian,
dan lingkungan membentuk perilaku kita. Aliran ini mempelajari tingkah laku
manusia yang empiris atau dapat dilihat, diukur, dan diamati secara langsung.
5. Psikoanalisa
Psikoanalisis terfokus pada
ketidaksadaran (Unconsciousness)
manusia. Freud mengatakan bahwa dalam membedakan pikiran menjadi sadar dan
tidak sadar menjadi tiga bagian yang dianalogikan seperti gunung es yaitu Id, Ego, dan Superego (Schultz & Schultz, 2014). Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan
biologis manusia untuk menyenangkan dirinya. Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan keadaan atau realitas dunia luar. Yang terakhir Superego
bisa diartikan sebagai kontrol diri, atau menghendaki agar dorongan-dorongan
tertentu yang positif dari Id saja
yang direalisasikan (Sobur, 2003). Kemudian ada kritik mengenai pandangan Freud
yang menyatakan bahwa kepribadian ditentukan oleh pengalaman masa kecil. Carl
Jung menyatakan bahwa kepribadian dibentuk oleh pengalaman sepanjang kita
menjalani kehidupan ini.
6. Humanistik
Aliran ini melawan anggapan bahwa manusia
sebagai organisme dan mesin. Para psikolog humanistik juga berpendapat manusia
adalah makhluk yang sempurna dan memiliki keunggulan dan kebebasan untuk
mengekspresikan dirinya (Sobur, 2003). Para psikolog humanistik juga yakin bahwa
manusia adalah makhluk yang kompleks dan tidak dapat diobjekkan,
dikuantifikasi, ataupun di reduksi menjadi unit-unit S-R (stimulus-respon) (Schultz
& Schultz, 2014). Abraham Maslow juga menganggap manusia
sebagai makhluk yang membutuhkan sarana untuk mengaktualisasikan dirinya, hal
ini terdapat pada teori hirarki kebutuhan manusia miliknya.
7. Psikologi kognitif
Menganalogikan sistem cara kerja
otak manusia sebagai komputer dimana ada proses input sebagai masukan dari stimulus yang diterima, lalu di proses
di dalam otak dan jika ingin mengingat kembali kita dapat melakukan proses recall sebagai output (Schultz & Schultz, 2014). Aliran ini mempercayai bahwa
individu secara aktif dan kreatif menyusun stimulus atau informasi yang
diterima dari lingkungan sekitarnya
8. Transpersonal
Manusia memiliki pengalaman dan kemampuan spiritual, gaib yang
melampaui batas nalar manusia (Cunningham, 2007). Psikologi
transpersonal lebih menggali kemampuan manusia dalam dunia spiritual,
pengalaman puncak, dan mistisme yang dialami manusia.
Dari penjelasan sebelumnya cukup jelas bahwa psikologi
sudah berkembang semakin pesat dan banyak penelitian dan pemikiran-pemikiran
mengenai psikologi. Tetapi, masih banyak hal-hal yang belum dibahas di
psikologi. Maka dari itu, kita memiliki tanggung jawab moral untuk meneruskan
penelitian-penelitian dan perkembangan selanjutnya dari ilmu psikologi.
Sehingga ilmu psikologi dapat senantiasa membantu permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh individu ataupun masyarakat.
- Referensi
- · Brennan. J. F (2006). Sejarah dan Sistem Psikologi Edisi keenam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
- · King, Laura A. (2010). The Science of Psychology : An Appreciate View (Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika
- · Schultz, Duane P. & Sydeney Ellen Schultz. 2011 A History of Modern psychology tenth edition. USA : Thomson Wadsworth
- · Schultz, D.P., & Schultz, S. E. (2014). Sejarah Psikologi Modern, Bandung: Nusa Media.
- · Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum : Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
0 comments:
Post a Comment