Pages

Thursday, December 18, 2014

Apa Itu Psikologi??

Apa Itu Psikologi?
            Pada artikel ini, penulis akan membahas mengenai sejarah berdirinya psikologi, aliran-aliran yang ada di dalam psikologi, dan kajian-kajian psikologi yang berkembang saat ini. Psikologi, istilah ini berasal dari Yunani yaitu “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apakah benar psikologi mempelajari jiwa yang letaknya abstrak?
            Mussen & Rosenzwieg (1975, dalam Sobur, 2003) mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari mind (pikiran), namun dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi behavior (tingkah laku), sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan proses-proses mental (George A. Miller, 1974). Mussen & Rosenzwieg menyatakan hal ini karena jiwa amat sulit untuk diamati karena abstrak, untuk itu cara yang dapat dilakukan adalah mengamati perilakunya.
            Pada awalnya psikologi adalah sebuah ilmu filsafat, tokoh pada saat itu yang mulai memikirkan mengenai jiwa adalah Plato. Saat itu, Plato mulai membedakan antara jiwa dan raga sedemikian rupa sehingga muncul konsep dualisme jiwa dan raga. Konsep Plato mengenai dualisme tersebut dituliskan di buku karya Ash-Shadr, Ash-Shadr (1993, dalam Sobur, 2003) menyebutkan bahwa jiwa memiliki dua predisposisi. Pertama, jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam materi. Kedua, pengetahuan rasional adalah pengetahuan terhadap realita-tealita yang tetap di alam yang lebih tinggi (archetypes). Pada intinya Plato melihat manusia dalam kesatuan badan-jiwa.
            Dualisme jiwa-badan yang dicetuskan oleh Plato, pada zaman renaisan (pencerahan) Eropa Barat dibahas kembali oleh seorang Rene Descartes (1596-1650). Pada saat itu Rene Descartes memberikan ungkapan “Cogito Ergo Sum” yang berarti (saya berpikir, karena itu saya ada). Descartes menjelaskan bahwa jiwa pada hakikatnya cenderung mengarah ke badan atau ragawi, tetapi jiwa yang memberi kesadaran dan arti pada ragawi kita, sehingga menunjukkan eksistensi “aku”. Berikut ini adalah tahapan metode pemikiran Descartes yang dituliskan Sobur (2003) dalam bukunya :
Reserved: Aku `ada` karena berpikir
Text Box: Benda Indrawi tidak ada Text Box: Gerak, jumlah, besaran. Reserved: Aku ragu karena berpikir
Reserved: Aku sedang ragu, ada
 

           

Tahapan Metode Descartes
Descartes yang notabene adalah seorang filsuf, matematikawan, dan ilmuwan jelas bahwa ia bukanlah seorang ahli psikologi. Tetapi, hingga saat ini dikenal sebagai tokoh Renaisans bagi ilmu pengetahuan psikologi, namun beliau bukanlah pendiri atau perintis dari ilmu psikologi itu sendiri. Lalu siapakah tokoh yang mendirikan psikologi sebagai salah satu ilmu pengetahuan?. Mungkin banyak dari kita yang telah mengetahui bahwa Bapak Psikologi adalah Wilhelm Wundt (1832-1920). Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu pengetahuan atas jasa-jasa beliau yang mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia, yaitu di Leipzig, Jerman pada tahun 1879.
Dalam laboratoriumnya Wundt banyak meneliti mengenai persepsi, reproduksi, memori, asosiasi, dan fantasi (Sobur, 2003). Pada saat awal berdirinya psikologi ini masih banyak penelitian (eksperimen) mengenai gejala-gejala psikis yang berlangsung di dalam jiwa yang “sadar”, namun kejadian-kejadian yang “tak sadar” masih belum dikembangkan pada saat itu (Gerungan, 1987). Contoh dari eksperimennya yaitu ketika Wundt dan dua mahasiswanya mengukur jarak dan waktu menggunakan tombol telegraf, eksperimen ini adalah salah satu cara untuk mengukur perilaku manusia melalui pengukuran fisiologis (King, 2010).
Eksperimen yang dilakukan oleh Wundt ini berupaya untuk mengukur waktu yang dibutuhkan otak manusia untuk menerjemahkan informasi melalui tindakannya, dasar eksperimen ini adalah bahwa proses mental dapat dikaji secara kuantitatif (King, 2010).  Setelah psikologi resmi menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan yang konkrit, mulai bermunculan berbagai pandangan dan aliran pemikiran mengenai psikologi. Berikut ini adalah aliran-aliran yang ada di dalam ilmu psikologi modern :
1. Strukturalisme
Aliran strukturalisme yang dicetuskan oleh bapak psikologi Wilhelm Wundt, awalnya beliau melakukan eksperimen pertamanya di laboratorium di Leipzig untuk meneliti mengenai gejala-gejala psikis yang berlangsung di dalam jiwa yang “sadar”. Aliran ini berguna untuk menemukan unsur-unsur dasar, atau struktur proses-proses mental manusia (King, 2010). Strukturalisme menggunakan metode introspeksi (observasi diri dari pengalaman). Kesadaran dan pikiran adalah sama, kecuali dalam hal kesadaran melibatkan proses-proses mental, sedangkan pikiran melibatkan keseluruhan dari proses-proses ini (Schultz & Schultz, 2014).
2. Fungsionalisme
Aliran Fungsionalisme mengatakan bahwa proses mental manusia, proses inderawinya, dan juga pemikiran dalam melakukan sesuatu itu merupakan bagaiamana cara individu beradaptasi dengan lingkungannya (King, 2010). Dalam aliran ini juga membahas tentang seleksi alam yang dicetuskan darwin, yaitu suatu usaha untuk bertahan hidup agar tetap eksis, dan bentuk-bentuk kehidupan yang mampu bertahan adalah yang dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan baik (Schultz & Schultz, 2014).
3.       Gestalt  
Aliran gestalt mengkritik terhadap aliran strukturalisme, aliran ini memandang bahwa persepsi manusia terjadi secara menyeluruh, sekaligus, terorganisir dan tidak parsial (Sobur, 2003). Psikologi Gestalt meyakini bahwa lebih banyak hal yang dapat kita persepsikan jika dibandingkan dengan hal yang dapat kita lihat. Dengan kata lain persepsi kita lebih maju jika dibandingkan dengan elemen sensoris yang kita peroleh dari organ indra manusia (Schultz & Schultz, 2014).
 4. Behaviorisme
Aliran behaviorisme mempelajari tentang perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman masa lalu sebagai bagian dari proses belajar atau latihan. Contoh aplikasi dari aliran behaviorisme adalah ketika kita memiliki suatu tujuan, maka kita akan mengubah perilaku kita untuk mencapat tujuan kita (Schultz & Schultz, 2014). Manusia dianggap sebagai mesin yang bisa diprediksi dan dapat diketahui respon perilakunya melalui stimulus yang diberikan berulang kali. Watson (dalam Sobur, 2003) mengatakan bahwa hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengondisian, dan lingkungan membentuk perilaku kita. Aliran ini mempelajari tingkah laku manusia yang empiris atau dapat dilihat, diukur, dan diamati secara langsung.
5.    Psikoanalisa
Psikoanalisis terfokus pada ketidaksadaran (Unconsciousness) manusia. Freud mengatakan bahwa dalam membedakan pikiran menjadi sadar dan tidak sadar menjadi tiga bagian yang dianalogikan seperti gunung es yaitu Id, Ego, dan Superego (Schultz & Schultz, 2014). Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia untuk menyenangkan dirinya. Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan keadaan atau realitas dunia luar. Yang terakhir  Superego bisa diartikan sebagai kontrol diri, atau menghendaki agar dorongan-dorongan tertentu yang positif dari Id saja yang direalisasikan (Sobur, 2003). Kemudian ada kritik mengenai pandangan Freud yang menyatakan bahwa kepribadian ditentukan oleh pengalaman masa kecil. Carl Jung menyatakan bahwa kepribadian dibentuk oleh pengalaman sepanjang kita menjalani kehidupan ini.
6. Humanistik
Aliran ini melawan anggapan bahwa manusia sebagai organisme dan mesin. Para psikolog humanistik juga berpendapat manusia adalah makhluk yang sempurna dan memiliki keunggulan dan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya (Sobur, 2003). Para psikolog humanistik juga yakin bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks dan tidak dapat diobjekkan, dikuantifikasi, ataupun di reduksi menjadi unit-unit S-R (stimulus-respon) (Schultz & Schultz, 2014). Abraham Maslow juga menganggap manusia sebagai makhluk yang membutuhkan sarana untuk mengaktualisasikan dirinya, hal ini terdapat pada teori hirarki kebutuhan manusia miliknya.
7. Psikologi kognitif
Menganalogikan sistem cara kerja otak manusia sebagai komputer dimana ada proses input sebagai masukan dari stimulus yang diterima, lalu di proses di dalam otak dan jika ingin mengingat kembali kita dapat melakukan proses recall sebagai output (Schultz & Schultz, 2014). Aliran ini mempercayai bahwa individu secara aktif dan kreatif menyusun stimulus atau informasi yang diterima dari lingkungan sekitarnya
8. Transpersonal
Manusia memiliki pengalaman dan kemampuan spiritual, gaib yang melampaui batas nalar manusia (Cunningham, 2007). Psikologi transpersonal lebih menggali kemampuan manusia dalam dunia spiritual, pengalaman puncak, dan mistisme yang dialami manusia.

            Dari penjelasan sebelumnya cukup jelas bahwa psikologi sudah berkembang semakin pesat dan banyak penelitian dan pemikiran-pemikiran mengenai psikologi. Tetapi, masih banyak hal-hal yang belum dibahas di psikologi. Maka dari itu, kita memiliki tanggung jawab moral untuk meneruskan penelitian-penelitian dan perkembangan selanjutnya dari ilmu psikologi. Sehingga ilmu psikologi dapat senantiasa membantu permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh individu ataupun masyarakat.


  • Referensi

  • ·    Brennan. J. F (2006). Sejarah dan Sistem Psikologi Edisi keenam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
  • ·  King, Laura A. (2010). The Science of Psychology : An Appreciate View (Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika
  • ·   Schultz, Duane P. & Sydeney Ellen Schultz. 2011 A History of Modern  psychology tenth edition. USA : Thomson Wadsworth
  • ·     Schultz, D.P., & Schultz, S. E. (2014). Sejarah Psikologi Modern, Bandung: Nusa Media.
  • ·     Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum : Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia


0 comments:

Post a Comment