Halo kawan-kawan, sudah lama saya tidak
memposting artikel di blog ini. Kangen ya? Nggak kan? Okay, pada artikel ini
saya akan sedikit mengulas mengenai kasus bunuh diri Robin Williams sang aktor
kawakan yang membintangi banyak film. Mengapa ia bunuh diri? Apa penyebabnya?
Untuk lebih jelasnya, silahkan dibaca sampai habis ya.
"Tampaknya,
dia sedang berada dalam salah satu episode depresi saat dia mengakhiri
hidupnya," John M Hrohol, Psy.D, psikolog yang juga founder sekaligus CEO
Psych Central, dikutip dari psychcentral.com, Selasa (18/8/2014).
Episode
depresi dalam siklus bipolar membuat seseorang terjerumus dalam suasana hati
yang paling menyedihkan. Berbagai perasaan negatif termasuk kesepian bisa
muncul, sekalipun pada orang yang begitu populer dan disukai banyak orang
seperti halnya Williams.
"Saat
depresi, orang akan lupa begitu saja," kata Julie Cerel, seorang psikolog
dari American Association of Suicidology, mengomentari dugaan bunuh diri pada
kasus Robin Williams.
"Mereka
habis oleh depresi dan perasaan tidak berharga karena lupa sama sekali akan
hal-hal indah yang mereka punya dalam hidupnya," lanjut Cerel yang juga
seorang profesor diUniversity of Kentucky.
Menurut
Cerel, mengalami depresi dan berada dalam kecenderungan bunuh diri bisa
mengacaukan realitas. Realitas bahwa orang tersebut punya orang-orang dekat
yang mencintainya, dan bahwa dirinya dicintai oleh semua orang.
(www.health.detik.com)
Cukup
mengejutkan bukan aktor yang dikenal selalu tampak ceria dan tidak memiliki
masalah tiba-tiba diberitakan bunuh diri? Sebenarnya apa yang terjadi pada
aktor Robin William? Ya, mungkin sebagian dari kita mengetahui bahwa Robin
William mengidap gangguan Bipolar Disorders. Apa itu bipolar, apakah itu
berarti memiliki dua kutub? Nah, sekarang mari kita mulai membahas mengenai
fenomena ini dengan terlebih dahulu mengerti definisi dari bipolar disorders.
Gangguan bipolar menurut ”Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
– Text Revision” edisi yang ke empat
(DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood ekstrim yang dapat merubah mood yang
bahagia (mania) menjadi depresi dengan waktu yang cepat.
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa gangguan bipolar itu berarti pengidapnya pada
suatu saat ia merasa sangat senang. Tidak lama kemudian ia mengalami perubahan
emosi atau mood yang sangat cepat, hingga ia merasa depresi. Ketika merasa
depresi, banyak pengidap gangguan ini yang menggunakan cara irasional untuk
menghadapi depresinya tersebut. Ketika pembaca depresi, apa yang akan anda
lakukan? Mencari ketenangan? Mencari tempat untuk diajak curhat? Mungkin itulah
reaksi yang umum pada orang yang tidak mengidap gangguan ini. Namun berbeda
lagi ketika depresi tersebut dialami oleh pengidap gangguan bipolar.
Marilah
kita mengambil satu contoh aktris Indonesia yang mengidap gangguan ini,
Marshanda. Ramai diberitakan ketika remaja cantik ini mengunggah videonya yang
menunjukkan bahwa ia tak terkontrol hingga “jingkrak-jingkrak” kesenangan.
Namun di dalam video yang sama, dalam waktu singkat Marshanda tiba-tiba
menangis dan depresi. Pengidap gangguan bipolar akan berubah mood nya sangat cepat
dan jika tingkat depresinya mencapai batas maksimal, ia dapat melakukan hal-hal
yang tidak dapat diduga.
Nah,
untuk mengetahui seperti apa orang yang bipolar itu mari kita membahas
ciri-ciri orang yang mengidap Bipolar Disorder. Pengidap gangguan ini sangat
mudah berganti suasana hati (mood), penderita gangguan bipolar sering mengalami
mood swing yang ekstrim. Dari mood yang senang (mania) berubah dengan cepat ke
mood depresi, begitu juga sebaliknya. Ketika berada pada tingkat depresi, si
penderita akan merasa sedih tak berdaya, serta merasa berputus asa. Ketika pada
tingkat mania, si penderita akan terlihat riang gembira dan penuh energi.
Gambar
1. Fase yang dialami penderita Bipolar Disorder
Orang yang tidak menderita gangguan bipolar
dapat mengatur dan mengendalikan emosinya secara sadar. Namun jika dihubungkan
pada individu yang mengidap gangguan Bipolar, mereka tidak dapat memahami
tujuan dari emosinya tersebut, dan sulit untuk
mengatur emosinya.
Gangguan Bipolar yang dialami oleh Robbin
Williams adalah gangguan Bipolar dengan tingkat depresi ekstrim sehingga ia
memutuskan untuk bunuh diri. Menurut Jiwo (2012), ada empat tipe
gangguan Bipolar, yaitu :
1. Gangguan Tipe I : Gangguan mood yang ekstrim,
dalam kondisi terlalu riang (mania)
penderitanya terlihat seperti maniak dan terkadang berbahaya.
2. Gangguan Tipe II : Gangguan mood yang tidak
terlalu ekstrim, tetapi kondisi depresinya lebih lama jika dibandingkan dengan
kondisi riang (mania).
3. Bipolar Disorder Not Otherwise Specified
(BP-NOS) : gejala-gejala bipolar yang muncul pada pengidap, namun tidak dapat
digolongkan pada Tipe I atau II karena ambigu.
4. Gangguan Cyclothymic : Bentuk ringan dari
Tipe I dan II, kondisi mania dan depresinya tidak terlalu parah.
Menurut
penjelasan sebelumnya, penulis berpendapat bahwa Robbin Williams mengalami
gangguan tipe II, karena dia dikenal sebagai pribadi yang ceria dan bukan
termasuk pribadi yang terdeteksi sebagai pengidap bipolar. Namun, banyak sumber
yang mengatakan bahwa ia mengalami depresi yang parah. Depresi yang dialami
oleh Williams terjadi berkepanjangan dan mendalam, ditambah dengan kondisi
hidupnya saat itu yang tidak se-tenar dahulu.
Setelah
mengetahui ciri-ciri pengidap gangguan bipolar, mungkin kita akan khawatir
dengan adanya pengidap gangguan ini di sekitar kita. Apakah orang yang moody
adalah pengidap gangguan bipolar? Bagaimana sih gejala-gejala orang yang
mengidap gangguan bipolar ini? Sebenarnya semua orang dapat mengidentifikasi
dan mengetahui ciri-ciri pengidap gangguan bipolar. Dalam buku serial
bipolarnya, Jiwo (2012) menuliskan bahwa gangguan jiwa bipolar, memiliki
gejala-gejala sebagai berikut:
- Seasonal changes in mood, perubahan suasana
hati musiman. Seperti pada penyakit Seasonal Affective Disorder (gangguan
affektif musiman), suasana hati atau mood penderita bipolar dapat berubah
selaras dengan perubahan musim.
- Rapid cycling bipolar disorder, pada
beberapa penderita gangguan bipolar yang ekstrim perubahan suasana hati
berlangsung cepat, yaitu mengalami perubahan mood dalam hitungan jam. Pengidap
gangguan bipolar ringan mengalami perubahan mood 5 kali atau lebih dalam
setahun.
- Psychotic. Pada penderita bipolar dengan
gejala mania atau depresi berat, sering muncul gejala psikotis berupa halusinasi
(suara atau penglihatan) dan delusi (percaya sesuatu yang berbeda dengan
kenyataan).
- Perilaku berubah dalam waktu yang cepat,
biasanya bersifat impulsif (bertindak tanpa berpikir) dan melakukan perilaku
yang memiliki resiko tinggi.
Yap,
mencengangkan bukan gejala-gejala yang dialami oleh pengidap bipolar. Apakah
anda memiliki beberapa gejala yang disebutkan sebelumnya? Harap hati-hati dan
segera memeriksakan diri ke psikiatri atau orang yang kompeten di bidang ini.
Karena mungkin saja kita memiliki bibit-bibitnya. Oke, lalu apa sih yang
menyebabkan seseorang dapat mengidap gangguan bipolar? Menurut teori
stress-vulnerability model (dalam Jiwo, 2012) , ada beberapa faktor penyebab
gangguan jiwa bipolar, yaitu:
1.
Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai pada
penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar..
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang orang dengan riwayat keluarga penderita
bipolar maka kemungkinannya terkena bipolar akan sedikit lebih besar
dibandingkan masyarakat pada umumnya. Wah seperti diabetes ya?
2.
Psychological vulnerability. Kepribadian seseorang, cara yang khas dari seorang
individu untuk menghadapi masalah hidupnya. Entah ia memilih untuk menghadapi
masalah, membiarkan masalah itu, atau memilih lari dari masalah. Biasanya orang
yang lari dari masalah akan mendapat imbas atau konsekuensi yang lebih besar
loh.
3.
Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events).
Lingkungan yang menekan akan membuat orang depresi. Apalagi ditambah ia
memiliki masa lalu atau pengalaman yang buruk, dan terjebak dalam penyesalan
dan kesedihannya.
4.
Gangguan keseimbangan hormonal, menurut Pinel (2011), hormon yang mempengaruhi
mood adalah hormon Estradiol dan Progresteron. Nah, ketika hormone progesterone
atau estradiol lebih banyak diproduksi maka seseorang akan menjadi labil dan
terjadi mood swing.
Lalu
bagaimana dong cara mengatasi teman, kolega, atau keluarga kita yang mengidap
gangguan bipolar? Catatan pertama, sebaiknya segera dilakukan penanganan agar
gangguan tersebut tidak menjadi parah dan menguasai diri dari penderitanya.
Tidak ingin kan orang yang penting dalam hidup anda harus menderita akibat
gangguan ini? Banyak cara yang dapat digunakan untuk menangani penderita
Bipolar. Menurut Pinel (2011), ada obat-obatan yang dapat digunakan contohnya
untuk meringankan tingkat depresi (antidepresan) pada penderita bipolar dapat
menggunakan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang berguna untuk
mengambat serotonin, atau fluoxetine yang berguna untuk antidepresan pula.
Untuk
mengobati penderita bipolar, menurut Pinel (2011) dapat menggunakan Lithium
yang merupakan obat untuk menstabilkan suasana hati (mood stabilizer). Obat asenapine bisa dipakai untuk mengobati
labilnya emosi dari pengidap gangguan ini. Selanjutnya adalah benzodiazepine,
obat ini untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan memperbaiki gangguan tidur.
Selain pencegahan menggunakan obat-obatan, kita juga dapat mengkonsultasikan
kepada psikolog untuk melakukan psikoterapi yang rutin agar gangguan Bipolar
tidak semakin parah. Karena selama ini diketahui bahwa gangguan bipolar ini
tidak bisa disembuhkan secara total, namun hanya dapat di kurangi efek dan
intensitasnya. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk
menjaga agar kondisi mood penderita bipolar stabil dan tidak mengalami episode
mania ataupun depresi.
Nah, cukup sekian yaa pembahasan mengenai gangguan bipolar. Jika kita memiliki kolega, keluarga, ataupun teman yang terkena gangguan ini maka kita harus menjaga agar mood nya stabil. Kita gak ingin mereka bunuh diri seperti Williams atau membuat video youtube seperti Marshanda kan? Maka dari itu dijaga yaa.
Referensi :
-
Jiwo, Tirto. (2012). Gangguan Jiwa Bipolar: Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan
Teman Dekat. Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 di
http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/05/Seri-bipolar.pdf
- Pinel, John P.J. (2011). Biopsychology. United States of America: Pearson Education,
Inc
-
Pramudiarja, Uyung. (2014). Kasus Robin Williams, Jangan Remehkan Depresi dan
Gangguan Bipolar. Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 di
http://health.detik.com/read/2014/08/12/105721/2659597/763/kasus-robin-williams-jangan-remehkan-depresi-dan-gangguan-bipolar