Pages

Monday, June 15, 2015

Bipolar Disorder




 Halo kawan-kawan, sudah lama saya tidak memposting artikel di blog ini. Kangen ya? Nggak kan? Okay, pada artikel ini saya akan sedikit mengulas mengenai kasus bunuh diri Robin Williams sang aktor kawakan yang membintangi banyak film. Mengapa ia bunuh diri? Apa penyebabnya? Untuk lebih jelasnya, silahkan dibaca sampai habis ya.

Jakarta, Dugaan bunuh diri di balik kematian aktor Robin Williams cukup mengejutkan. Bintang film Mrs Doubtfire ini dikenal lucu dan disukai banyak orang, nyaris tidak menyiratkan adanya masalah kejiwaan yang menghantuinya. Kenyataannya, sang aktor sudah sejak lama mengalami ketergantungan alkohol dan obat terlarang. Para pakar kesehatan jiwa menilai, Williams juga mengidap gangguan bipolar, yakni gangguan suasana hati yang dicirikan dengan episode manik dan depresif.
"Tampaknya, dia sedang berada dalam salah satu episode depresi saat dia mengakhiri hidupnya," John M Hrohol, Psy.D, psikolog yang juga founder sekaligus CEO Psych Central, dikutip dari psychcentral.com, Selasa (18/8/2014).
Episode depresi dalam siklus bipolar membuat seseorang terjerumus dalam suasana hati yang paling menyedihkan. Berbagai perasaan negatif termasuk kesepian bisa muncul, sekalipun pada orang yang begitu populer dan disukai banyak orang seperti halnya Williams.
"Saat depresi, orang akan lupa begitu saja," kata Julie Cerel, seorang psikolog dari American Association of Suicidology, mengomentari dugaan bunuh diri pada kasus Robin Williams.
"Mereka habis oleh depresi dan perasaan tidak berharga karena lupa sama sekali akan hal-hal indah yang mereka punya dalam hidupnya," lanjut Cerel yang juga seorang profesor diUniversity of Kentucky.
Menurut Cerel, mengalami depresi dan berada dalam kecenderungan bunuh diri bisa mengacaukan realitas. Realitas bahwa orang tersebut punya orang-orang dekat yang mencintainya, dan bahwa dirinya dicintai oleh semua orang. (www.health.detik.com)

Cukup mengejutkan bukan aktor yang dikenal selalu tampak ceria dan tidak memiliki masalah tiba-tiba diberitakan bunuh diri? Sebenarnya apa yang terjadi pada aktor Robin William? Ya, mungkin sebagian dari kita mengetahui bahwa Robin William mengidap gangguan Bipolar Disorders. Apa itu bipolar, apakah itu berarti memiliki dua kutub? Nah, sekarang mari kita mulai membahas mengenai fenomena ini dengan terlebih dahulu mengerti definisi dari bipolar disorders. Gangguan bipolar menurut ”Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Text Revision” edisi yang  ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood ekstrim yang dapat merubah mood yang bahagia (mania) menjadi depresi dengan waktu yang cepat.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa gangguan bipolar itu berarti pengidapnya pada suatu saat ia merasa sangat senang. Tidak lama kemudian ia mengalami perubahan emosi atau mood yang sangat cepat, hingga ia merasa depresi. Ketika merasa depresi, banyak pengidap gangguan ini yang menggunakan cara irasional untuk menghadapi depresinya tersebut. Ketika pembaca depresi, apa yang akan anda lakukan? Mencari ketenangan? Mencari tempat untuk diajak curhat? Mungkin itulah reaksi yang umum pada orang yang tidak mengidap gangguan ini. Namun berbeda lagi ketika depresi tersebut dialami oleh pengidap gangguan bipolar.
Marilah kita mengambil satu contoh aktris Indonesia yang mengidap gangguan ini, Marshanda. Ramai diberitakan ketika remaja cantik ini mengunggah videonya yang menunjukkan bahwa ia tak terkontrol hingga “jingkrak-jingkrak” kesenangan. Namun di dalam video yang sama, dalam waktu singkat Marshanda tiba-tiba menangis dan depresi. Pengidap gangguan bipolar akan berubah mood nya sangat cepat dan jika tingkat depresinya mencapai batas maksimal, ia dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat diduga.
Nah, untuk mengetahui seperti apa orang yang bipolar itu mari kita membahas ciri-ciri orang yang mengidap Bipolar Disorder. Pengidap gangguan ini sangat mudah berganti suasana hati (mood), penderita gangguan bipolar sering mengalami mood swing yang ekstrim. Dari mood yang senang (mania) berubah dengan cepat ke mood depresi, begitu juga sebaliknya. Ketika berada pada tingkat depresi, si penderita akan merasa sedih tak berdaya, serta merasa berputus asa. Ketika pada tingkat mania, si penderita akan terlihat riang gembira dan penuh energi.

Gambar 1. Fase yang dialami penderita Bipolar Disorder
     
    Orang yang tidak menderita gangguan bipolar dapat mengatur dan mengendalikan emosinya secara sadar. Namun jika dihubungkan pada individu yang mengidap gangguan Bipolar, mereka tidak dapat memahami tujuan dari emosinya tersebut, dan sulit untuk  mengatur emosinya.
  Gangguan Bipolar yang dialami oleh Robbin Williams adalah gangguan Bipolar dengan tingkat depresi ekstrim sehingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Menurut Jiwo (2012), ada empat tipe gangguan Bipolar, yaitu :
1.  Gangguan Tipe I : Gangguan mood yang ekstrim, dalam kondisi terlalu riang (mania)  penderitanya terlihat seperti maniak dan terkadang berbahaya.
2.  Gangguan Tipe II : Gangguan mood yang tidak terlalu ekstrim, tetapi kondisi depresinya lebih lama jika dibandingkan dengan kondisi riang (mania).
3.   Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) : gejala-gejala bipolar yang muncul pada pengidap, namun tidak dapat digolongkan pada Tipe I atau II karena ambigu.
4.  Gangguan Cyclothymic : Bentuk ringan dari Tipe I dan II, kondisi mania dan depresinya tidak terlalu parah.
Menurut penjelasan sebelumnya, penulis berpendapat bahwa Robbin Williams mengalami gangguan tipe II, karena dia dikenal sebagai pribadi yang ceria dan bukan termasuk pribadi yang terdeteksi sebagai pengidap bipolar. Namun, banyak sumber yang mengatakan bahwa ia mengalami depresi yang parah. Depresi yang dialami oleh Williams terjadi berkepanjangan dan mendalam, ditambah dengan kondisi hidupnya saat itu yang tidak se-tenar dahulu.
Setelah mengetahui ciri-ciri pengidap gangguan bipolar, mungkin kita akan khawatir dengan adanya pengidap gangguan ini di sekitar kita. Apakah orang yang moody adalah pengidap gangguan bipolar? Bagaimana sih gejala-gejala orang yang mengidap gangguan bipolar ini? Sebenarnya semua orang dapat mengidentifikasi dan mengetahui ciri-ciri pengidap gangguan bipolar. Dalam buku serial bipolarnya, Jiwo (2012) menuliskan bahwa gangguan jiwa bipolar, memiliki gejala-gejala sebagai berikut:
 - Seasonal changes in mood, perubahan suasana hati musiman. Seperti pada penyakit Seasonal Affective Disorder (gangguan affektif musiman), suasana hati atau mood penderita bipolar dapat berubah selaras dengan perubahan musim.
 - Rapid cycling bipolar disorder, pada beberapa penderita gangguan bipolar yang ekstrim perubahan suasana hati berlangsung cepat, yaitu mengalami perubahan mood dalam hitungan jam. Pengidap gangguan bipolar ringan mengalami perubahan mood 5 kali atau lebih dalam setahun.
 - Psychotic. Pada penderita bipolar dengan gejala mania atau depresi berat, sering muncul gejala psikotis berupa halusinasi (suara atau penglihatan) dan delusi (percaya sesuatu yang berbeda dengan kenyataan).
 - Perilaku berubah dalam waktu yang cepat, biasanya bersifat impulsif (bertindak tanpa berpikir) dan melakukan perilaku yang memiliki resiko tinggi.

Yap, mencengangkan bukan gejala-gejala yang dialami oleh pengidap bipolar. Apakah anda memiliki beberapa gejala yang disebutkan sebelumnya? Harap hati-hati dan segera memeriksakan diri ke psikiatri atau orang yang kompeten di bidang ini. Karena mungkin saja kita memiliki bibit-bibitnya. Oke, lalu apa sih yang menyebabkan seseorang dapat mengidap gangguan bipolar? Menurut teori stress-vulnerability model (dalam Jiwo, 2012) , ada beberapa faktor penyebab gangguan jiwa bipolar, yaitu:
1. Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai pada penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar.. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang orang dengan riwayat keluarga penderita bipolar maka kemungkinannya terkena bipolar akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya. Wah seperti diabetes ya?
2. Psychological vulnerability. Kepribadian seseorang, cara yang khas dari seorang individu untuk menghadapi masalah hidupnya. Entah ia memilih untuk menghadapi masalah, membiarkan masalah itu, atau memilih lari dari masalah. Biasanya orang yang lari dari masalah akan mendapat imbas atau konsekuensi yang lebih besar loh.
3. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events). Lingkungan yang menekan akan membuat orang depresi. Apalagi ditambah ia memiliki masa lalu atau pengalaman yang buruk, dan terjebak dalam penyesalan dan kesedihannya.
4. Gangguan keseimbangan hormonal, menurut Pinel (2011), hormon yang mempengaruhi mood adalah hormon Estradiol dan Progresteron. Nah, ketika hormone progesterone atau estradiol lebih banyak diproduksi maka seseorang akan menjadi labil dan terjadi mood swing.

Lalu bagaimana dong cara mengatasi teman, kolega, atau keluarga kita yang mengidap gangguan bipolar? Catatan pertama, sebaiknya segera dilakukan penanganan agar gangguan tersebut tidak menjadi parah dan menguasai diri dari penderitanya. Tidak ingin kan orang yang penting dalam hidup anda harus menderita akibat gangguan ini? Banyak cara yang dapat digunakan untuk menangani penderita Bipolar. Menurut Pinel (2011), ada obat-obatan yang dapat digunakan contohnya untuk meringankan tingkat depresi (antidepresan) pada penderita bipolar dapat menggunakan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang berguna untuk mengambat serotonin, atau fluoxetine yang berguna untuk antidepresan pula.
Untuk mengobati penderita bipolar, menurut Pinel (2011) dapat menggunakan Lithium yang merupakan obat untuk menstabilkan suasana hati (mood stabilizer). Obat asenapine bisa dipakai untuk mengobati labilnya emosi dari pengidap gangguan ini. Selanjutnya adalah benzodiazepine, obat ini untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan memperbaiki gangguan tidur. Selain pencegahan menggunakan obat-obatan, kita juga dapat mengkonsultasikan kepada psikolog untuk melakukan psikoterapi yang rutin agar gangguan Bipolar tidak semakin parah. Karena selama ini diketahui bahwa gangguan bipolar ini tidak bisa disembuhkan secara total, namun hanya dapat di kurangi efek dan intensitasnya. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menjaga agar kondisi mood penderita bipolar stabil dan tidak mengalami episode mania ataupun depresi. 
Nah, cukup sekian yaa pembahasan mengenai gangguan bipolar. Jika kita memiliki kolega, keluarga, ataupun teman yang terkena gangguan ini maka kita harus menjaga agar mood nya stabil. Kita gak ingin mereka bunuh diri seperti Williams atau membuat video youtube seperti Marshanda kan? Maka dari itu dijaga yaa.



Referensi :

- Jiwo, Tirto. (2012). Gangguan Jiwa Bipolar: Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 di http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/05/Seri-bipolar.pdf

- Pinel, John P.J. (2011). Biopsychology. United States of America: Pearson Education, Inc

- Pramudiarja, Uyung. (2014). Kasus Robin Williams, Jangan Remehkan Depresi dan Gangguan Bipolar. Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 di http://health.detik.com/read/2014/08/12/105721/2659597/763/kasus-robin-williams-jangan-remehkan-depresi-dan-gangguan-bipolar



0 comments:

Post a Comment