Bangsa Tiongkok merupakan suatu kelompok mesyarakat yang penuh
dengan segala macam legenda, misteri, dan tradisi yang telah mengakar
kuat dari turun temurun.
Kadang-kadang orang asing yang menggolongkan etnis Tionghoa sebagai
bangsa yang paling sukar untuk di mengerti. Etnik langka yang ansih
dapat mempertahankan tradisi serta kepercayaannya. Namun pada waktu yang
bersamaan mampu menyesuaikan diri alam abad komputer seperti sekarang
ini.
Kalau kita mau berpegang pada asumsi bahwa pelaku binis etnis Tionghoa
terkenal sebagai pekerja keras, hemat, dan ulet, maka
keutamaan-keutamaan itu mengandaikan pelaku bisnis memilki perencanaan
jangka panjang dan bukan orientasi pada keuntungan tinggi yang segear di
dapat. Asumsi ini bisa menjadi salah satu rahasia keberhailan usaha
etnis Tionghoa. Orang-orang Tionghoa ini juga percaya bahwa untuk
berhasil sering kali harus lebih dahulu melakukan pengorbanan dan
investasi. Orang Tionghoa sejak nenek moyangnya turun-temurun hingga
sekarang adalah sebagai penganut sistem nilai yang bermuara pada ajaran
Konfusius.
- Hukum Timbal Balik dan Abadi
Tujuan ideal Konfusianisme adalah menjadi seorang yang berbudi mulia
denfgan berpegang teguh pada prinsip moralitas dan tidak sedikitpun
meninggalkan perbuatan baik, bahkan tidak akan berbuat sekedar untuk
sesuap nasi.
Konfusius berkata, orang yang dapat mempraktikkan lima hal dimana-mana,
di bawah langit, akan berwatak peramah dan penyayang. Kelima hal itu
adalah sopan-santun, kemurahan hati, kepercayaan, kerajinan, dan
keramahan.
Hubungan dengan orang lain menurut Konfusius adalah kerja sama demi
kehidupan yang damai dan bukan permusuhan. Pengusaha keturunan Tionghoa
pada umumnya sangat mementingkan jaminan masa depan dan tempat berusaha
yang aman dan tenang. Pola barat sangat menekankan ketepatan laporan
keuangan, neraca, laba rugi, sedangkan pengusaha China lebih menekankan
pada kepercayaan yang dalam terhadap integritas yang terdapat dalam diri
seseorang. Dengan kata lain pertimbangan dalam hubungan probadi sangat
menentukan walaupun proses ini memakan watu lama.
- Perubahan Sebuah Keniscayaan
Seorang cendikiawan Tiongkok yang hidup antara 1762-1836 menggambarkan
bagaimana orang-orang Tionghoa menyadari keadaannya dan mau menjalani
perjuangannya dari tingkat bawah serta penuh harga diri.
"Konfusius
percaya semua energi dalam alam semesta ini mengalami perputaran seperti
halnya pagi, siang, sore, dan malam, demikian terus berulang, tidak ada
satu pun yang abadi kecuali perubahannya itu sendiri. "
Sukses adalah
hasil upaya manusia yang secara terus menerus belajar memperbaharui diri
agar sikapnya baru selamanya. Sedangkan menjadi insan berbudi mulia
adalah cita-cita tetinggi dari seorang konfusian. Cita-cita itu akan
tercapai bila seseorang terus berupaya dengan tekun dan telaten.
Keberahsilan dalam bisnis menurut ajaran Konfusius sebagian besar di
tentukan oleh sikap-sikap tersebut. Tugas utama setiapa manusia yang
memasuki bidang apa pun ialah ikut mendamaikan dunia.
Pengetahuan....
Konfusius percaya bahwa masyarakat yang ideal hanya bisa di bentuk oleh
orang-orang yang berpengetahuan. Ia berkata pengetahuan itu terdiri atas
lima langkah :
• Pertama, pelajarilah secara meluas
• Kedua, bertanyalah secara cermat
• Ketiga, berpikirlah secara seksama
• Keempat, saringlah secara jelas
• Kelima, jalankanlah secara sungguh-sungguh
Kelima prinsip pengetahuan itu jika di aplikasikan dalam sebuah
perencanaan bisnis akan menghasilkan sebuah perencanaan dahsyat yang
tentu saja akan menghasilkan kesuksesan, seperti yang umum kita lihat
pada bisnis-bisnis etnis Tionghoa.
Melihat pada ajaran Konfusius, pengetahuan berguna apabila memilki
pengaruh pada kehidupan seseorang. Proses berpengetahuan seperti itu
memnag memerlukan di siplin yang tinggi. Bukan sekedar pengetahuan untuk
mengetahui melainkan untuk kegunaan yang bermanfaat bagi kehidupan,
pergaulan yang bermartabat, serta jalan keutamaan.
0 comments:
Post a Comment